Bagi
mereka yang berniat memulai usaha, pada umumnya masalah pertama yang dihadapi
adalah pertanyaan tentang bidang usaha apa yang sebaiknya dijalankan.
Pertanyaan
yang kelihatan remeh ini, sesungguhnya mempunyai bobot yang besar sekali
artinya dan amat menentukan masa depan perusahaan yang akan didirikan tersebut.
Bahkan, kemungkinan besar juga menentukan masa depan sipengusaha sendiri. Jadi,
bagaimanakah cara yang paling tepat untuk menentukan bidang
usaha?
Menurut
logika, sebuah usaha yang berpeluang untuk berjalan dengan lancar adalah usaha
yang tingkat persaingannya kecil, tetapi tingkat kebutuhan pada konsumennya
tinggi. Tentu dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya sudah
terpenuhi. Untuk bisa menekan tingkat persaingan sampai sekecil mungkin, maka
seyogyanya produk yang akan dijual merupakan produk yang mempunyai sifat-sifat
orisinil, belum pernah dibuat orang lain, atau bila produk itu berupa produk
yang sudah ada sebelumnya, sebaiknya mempunyai nilai tambah yang tidak dimiliki
oleh produk pesaing.
Banyak
kejadian memperlihatkan bahwa kecenderungan orang untuk memulai usaha adalah
dengan mengikuti trend saat tertentu. Misalnya, kalau sekarang banyak orang mendirikan
ruko (rumah-toko) , maka dengan anggapan usaha yang diminati banyak orang itu
pasti menguntungkan, lalu beramai-ramai ikut mendirikan ruko. Pola berpikir
seperti ini terlalu menggampangkan, seakan-akan menyamakan trend bisnis dengan trend
mode. Dibidang mode, kalau saat ini sedang digemari potongan rambut
crew-cut (potongan pendek) misalnya, tidak ada masalah bagi siapa saja untuk
meniru. Akan tetapi, kalau kita meniru bidang usaha yang sudah begitu banyak
orang lain menjalankannya, berarti kita terjun kedalam suatu lahan yang sudah
penuh sesak dengan persaingan. Sulit untuk kita bisa berkembang dalam situasi
yang demikian, apalagi bila kita pendatang baru yang sudah “kesiangan”
(terlambat).
Sejak
tahun-tahun 1970-an, pola “ngikut trend” ini banyak dilakukan orang pada
bidang-bidang yang segera menjadi jenuh, seperti mendirikan theater, klub
malam, taksi, radio swasta niaga, diskotik, mendirikan apartemen, RSS (rumah
sangat sederhana), wartel (warung telekomunikasi) dan lain-lain.
Di
bidang finansial bahkan menjadi mode bagi sementara orang baik pengusaha maupun
bukan, untuk terjun bermain valas (valuta asing), bursa saham bahkan bursa
komoditi. Tidak sedikit mereka yang pengetahuannya terbatas tentang
bidang-bidang tersebut ikut-ikutan bermain, lalu tiba-tiba, tanpa mengerti
sedikitpun tentang alasannya, uangnya dinyatakan amblas tidak bisa dicegah
lagi. Kejadian seperti ini terlalu mengerikan untuk dialami oleh setiap calon
wiraswastawan yang punya idealisme.
Alex
S. Nitisemito dalam bukunya “Memulai Usaha Dengan Modal Kecil”,
memberikan contoh yang bagus tentang seorang pemilik kebun apel yang pada suatu
hari menemukan buah apel yang jatuh ketanah bekas dimakan burung. Karena buah
apel tersebut ternyata berbau anggur, maka timbullah gagasannya untuk
mendirikan usaha minuman sari buah apel.
Yang
demikian itu merupakan ide orisinil. Bukan tiruan atau menjiplak ide orang
lain. Henry Ford memulai usaha dengan gagasan untuk membuat mobil yang baik
bagi masyarakat banyak dengan harga terjangkau, dan usahanya sukses. Begitu
juga Bill Gates yang berangan-angan untuk “mengkomputerkan” seluruh dunia,
ternyata melesat begitu cepatnya menjadi raja komputer sejagat.
Ide
atau gagasan tidak selalu datang begitu saja tanpa disangka-sangka, sehingga
orang tidak akan bisa mengetahui kapan ide itu akan datang. Jangan menunggu
datangnya ilham, atau mengharapkan bisikan gaib melalui mimpi saat tidur. Ide
harus dikejar, dipikirkan dan dicari. Ini suatu bukti yang menguatkan bahwa kewiraswastaan
adalah “kerja otak” bukan “kerja otot”. Gagasan bisa datang dan terjadi kapan
saja, maka kita harus selalu waspada. Seperti contoh di atas, pemilik kebun
apel ada dalam keadaan waspada sehingga ia bisa mencetuskan sebuah ide besar
berdasarkan sebuah kejadian kecil. Kalau tidak, ribuan buah apel bekas dimakan
burung yang berjatuhan keatas tanah, tetap tinggal membusuk tanpa arti apa-apa
bagi siapa pun.
Penulis
Rusman Hakim pengamat kewirausahaan, lihat link sumbernya disini.
No comments:
Post a Comment