Banyak yang menyamakan antara inovasi dan kreativitas. Padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan penting.
Kreativitas adalah proses untuk menghasilkan asosiasi baru antara dua
atau lebih konsep yang berbeda untuk melahirkan konsep baru yang belum
ada sebelumnya.
Sementara inovasi adalah menghidupkan ide baru. Ide tersebut bisa
dihasilkan dari ide-ide kreatif seperti contoh di atas, atau melalui
penjelajahan pada nexus ilmu pengetahuan.
Bagi para pembaca seusia saya mungkin masih ingat serial TV MacGyver
yang sangat populer di akhir tahun 1980an. Sang tokoh utama, MacGyver,
terkenal dengan kecerdasan dan ide-ide kreatifnya untuk menyelesaikan
masalah — mulai dari masalah sehari-hari sampai masalah yang berkaitan
dengan keselamatan jiwa. Kreativitas tersebut ditunjukkan dengan
menemukan solusi dari benda sehari-hari yang terdapat di sekitar kita,
termasuk untuk membuat bom.
MacGyver tentu saja kisah fiktif, tetapi prinsip kreativitasnya tentu
bisa kita terapkan di kehidupan pribadi dan bisnis kita. Sebagai
contoh, ketika NASA meluncurkan para astronotnya ke angkasa luar, mereka
menemukan bahwa para astronot tersebut tidak bisa memakai pulpen karena
tintanya tidak bisa mengalir ke bawah akibat kondisi gravitasi nol.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, NASA menghabiskan waktu 10 tahunan
dan USD 12 juta. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang bisa berfungsi
dalam gravitasi nol, atas bawah, di bawah laut, di segala jenis
permukaan termasuk kristal dan pada segala kondisi temperatur dari titik
beku sampai titik didih air. Apa yang akan dilakukan MacGyver? Dia
pasti akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Uni Soviet.
Para kosmonot Uni Soviet menggunakan pensil.
Kemudian ada lagi sebuah cerita dari salah satu perusahaan kosmetik
terbesar di Jepang. Perusahaan ini menerima keluhan dari salah satu
pelanggan yang membeli sebuah sabun, tetapi menemukan kotak sabun
tersebut kosong melompong. Karena kualitas merupakan masalah penting di
Jepang, perusahaan segera mencara sebab musababnya. Akhirnya, sumber
masalah ditemukan di jalur perakitan. Karena sesuatu alasan, sebuah
kotak kosong masuk ke jalur tersebut tanpa terdeteksi. Pihak manajemen
langsung meminta para insinyur memecahkan masalah tersebut. Mereka
akhirnya menciptakan sebuah alat X-ray untuk melihat semua kotak sabun
yang lewat. Alat ini harus dijaga oleh 2 orang yang tentu saja tidak
efisien.
Ketika sebuah perusahaan kecil lainnya menghadapi masalah serupa, apa yang mereka lakukan?
Lagi-lagi mereka memakai solusi ala MacGyver. Alih-alih mendeteksi dengan alat secanggih X-ray, mereka menggunakan kipas angin besar yang diarahkan ke jalur perakitan. Angin dari kipas tersebut akan menghembuskan kotak kosong keluar dari jalur perakitan. Masalah selesai.
Lagi-lagi mereka memakai solusi ala MacGyver. Alih-alih mendeteksi dengan alat secanggih X-ray, mereka menggunakan kipas angin besar yang diarahkan ke jalur perakitan. Angin dari kipas tersebut akan menghembuskan kotak kosong keluar dari jalur perakitan. Masalah selesai.
Apa yang bisa kita pelajari dari kedua kisah di atas? Kreativitas dan penyelesaian masalah ternyata tidak harus melibatkan kecanggihan dan dana yang besar. "Originalitas ide bisa ditemukan dengan berpikir sesederhana mungkin". Kita
memang sering masuk jebakan terlalu berfokus pada masalah dan bukan
solusinya. Seperti pada contoh di atas, ketika NASA melakukan framing
atas masalah sebagai "menemukan pulpen yang bisa berfungsi pada gravitasi nol," frame
tersebut menyingkirkan alternatif solusi yang tidak melibatkan pulpen.
Padahal bila masalah tersebut di-framing ulang sebagai "menemukan alat untuk menulis pada kondisi gravitasi nol," dengan mudah kita bisa melihat pensil sebagai alternatif yang layak.
Selain masalah framing masalah yang terlalu sempit atau salah, kita juga sering terjebak dalam melihat benda melalui kaca mata "forms over functions".
Ketika kita melihat sebuah kotak kayu, secara otomatis kita
mengasosiasikan benda tersebut sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu
sebagai tempat penyimpanan barang. Padahal kotak kayu tersebut bisa
dipakai untuk berbagai fungsi, antara lain sebagai pengganjal pintu,
kursi, tangga, pendobrak pintu, meja piknik, meja kantin di Kantin
Rasamala atau tempat persembunyian, bahkan bisa juga dijadikan kanvas
untuk melukis.
Berpikir kreatif, ... karena itu, mengharuskan kita menyadari frame
yang kita pakai dalam menilai sebuah masalah dan melihat sesuatu dengan
mata anak kecil. MacGyver (bukan tukang nasi) pasti akan setuju dengan
pernyataan tersebut.
sumber : klik disini
No comments:
Post a Comment