Sunday, November 25, 2012

Produk Kerajinan Ramah Lingkungan Dicintai Pasar Ekspor

Maraknya pesan berbau ramah lingkungan yang belakangan ini mulai digalakkan perusahaan di berbagai penjuru dunia, ternyata turut mendorong para pelaku usaha di Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi dengan menciptakan produk baru yang lebih “eco-friendly”. Bila dulunya banyak pelaku usaha yang menggunakan bahan kimia dalam proses produksinya, sekarang ini sebagian besar dari mereka lebih memilih bahan baku ramah lingkungan untuk menarik minat konsumennya.

Gembar-gembor isu global warming yang sempat booming beberapa waktu yang lalu, memang membuat para konsumen lebih peduli untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Hal tersebut mereka perlihatkan dengan mulai memilih produk natural untuk memenuhi keperluan mereka setiap harinya. Salah satunya saja seperti memilih barang-barang kerajinan yang diproduksi pengrajinnya dengan memanfaatkan bahan-bahan alami.

Seperti kita ketahui bersama, dari sekian banyak produk yang dikembangkan dengan sistem ramah lingkungan, produk kerajinan merupakan salah satu komoditas unggulan yang sekarang ini dicintai para konsumen. Bahkan, produk kerajinan ramah lingkungan ini mulai dicintai pasar ekspor dengan nilai jual yang terbilang cukup tinggi di pasaran. Tidaklah heran bila sekarang ini banyak para eksportir produk kerajinan natural dari negara Indonesia yang mulai bermunculan meramaikan pasar mancanegara.

Yang termasuk dalam kategori produk kerajinan ramah lingkungan sendiri adalah barang-barang kerajinan yang dalam proses produksinya tidak memanfaatkan bahan kimia, dan menggunakan bahan-bahan alami yang keberadaannya cukup mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan masih bisa diperbaharui dengan cepat. Misalnya saja produk kerajinan yang memanfaatkan kayu sonokeling, sengon, bambu, mahoni, rotan, serta beberapa tanaman lain seperti pandan, eceng gondok, mendong, dan lain sebagainya.

Selain melihat kualitas kerajinan ramah lingkungan dari segi bahan bakunya, para konsumen luar negeri khususnya dari Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa terbilang cukup detail dalam mengawasi penggunaan bahan tambahan, konstruksi, pengemasan, serta sistem pengiriman yang digunakan. Bahkan untuk bahan baku kayu bisa lebih ketat lagi pengawasannya, karena harus melampirkan surat mengenai asal-usul kayu yang meliputi umur kayu, kapan ditebang, dan dimana lokasi penebangannya.

Tidak hanya itu saja, penggunaan bahan baku tambahan seperti misalnya cat atau pewarna dan cairan pelapis dalam proses finishing juga diwajibkan menggunakan bahan baku yang bersifat water-based. Pengawasan konsumen luar negeri bahkan tak jarang meminta rincian resmi seperti bahan baku apa saja yang digunakan, dan harus mengikuti SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditentukan dari calon buyer. Dan dari rangkaian pengawasan yang cukup panjang tersebut, nantinya akan disimbolkan dengan green sticker yang akan ditempelkan pada produk kerajinan sebagai jaminan bahwa produk tersebut benar-benar didesain, dibuat, dan dikirim tanpa merusak kelestarian lingkungan.

Keseriusan para konsumen luar negeri dalam menjaga kelestarian lingkungannya, menjadikan produk kerajinan ramah lingkungan dicintai pasar ekspor dan mendatangkan untung cukup besar bagi para pengrajin di Indonesia.

Nah, semoga informasi berita bisnis yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca dan menginspirasi para pelaku usaha kerajinan untuk memilih bahan baku ramah lingkungan dalam proses produksinya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!

Link Sumber.


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment