Kendati baru merintis usaha awal tahun lalu, Fitri Aulia telah sukses
menekuni usaha pembuatan busana muslim di Depok, Jawa Barat. Mengusung
merek Kivitz, produk busana muslimnya kini merambah hampir semua wilayah
di Indonesia. Dalam sebulan, ia bisa memproduksi sekitar 1.000 pakaian
dengan omzet Rp 150 juta-Rp 200 juta. Produk busana muslim Fitri mampu
menembus pasar karena cukup modis dan trendi, sehingga diminati di kalangan remaja dan ibu-ibu muda.
“Walaupun busana muslim, tapi tetap saya buat stylish,” ujar wanita 24 tahun ini.
Fitri memang mendesain sendiri busana muslim buatannya. Untuk
produksi atau penjahitannya, diserahkan kepada sepuluh orang penjahit
yang menjadi mitra usaha dia. Ia sendiri hanya mempekerjakan tiga
karyawan yang fokus mengurusi masalah penjualan reseller, pembelian
online, dan quality control. Busana muslim yang Fitri produksi terdiri
dari jilbab, cardigan, dress, baju atasan, dan rok.
Untuk jilbab dibanderol mulai Rp 65.000-Rp 100.000 per buah.
Sementara dress atau baju atasan mulai Rp 150.000-Rp 400.000 per stel.
Sampai saat ini, ia sudah memiliki sekitar 40 tenaga reseller yang
membantu memasarkan produk-produknya. Mereka tersebar mulai dari Jawa,
Aceh, Pekanbaru, Palembang, Makassar, Banjarmasin, Balikpapan, dan
Samarinda.
Sejak kuliah, Fitri memang sudah hobi mendesain pakaian. Selain itu,
ia juga suka emadupadankan busana muslim, sehingga tetap bisa tampil
modis. Menurutnya, wanita berjilbab tidak selalu harus menggunakan
gamis. Baju yang ada pada umumnya juga bisa dikenakan. Misalnya, pakaian
lengan pendek bisa dipadukan dengan cardigan atau luaran lengan panjang
dan ditambah rok.
Saat merintis usaha pembuatan busana muslim di Depok, Jawa Barat,
kondisi Fitri Aulia masih serba terbatas. Selain modal yang minim, ia
juga sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis.
Ia juga tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang fesyen. Namun dalam
kondisi yang serba terbatas itu, ia tetap nekat mendirikan usaha. “Jika
memiliki tekad, hambatan seperti apapun pasti akan bisa diatasi,” ujar
Fitri.
Bisnis ini mulai dirintisnya tak lama setelah ia menikah yakni di
2011. Saat itu, Fitri juga baru lulus kuliah dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Indonesia. Sejak awal setelah menikah, Fitri
memang tidak memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan manapun.
Sebagai ibu rumah tangga, Fitri mendambakan bisa memiliki usaha sendiri.
Kebetulan, ia memiliki minat yang tinggi di bidang fesyen. Sejak masih
mahasiswa, ia suka memadupadankan busana muslim, sehingga tetap bisa
tampil modis.
Hobi itu juga yang kemudian mendorong Fitri terjun ke usaha pembuatan
busana muslim Ia mengaku, usahanya ini dibangun dengan modal awal
sebesar Rp 4 juta. “Kebetulan saat itu suami saya mendapat bonus dari
pekerjaannya sebesar Rp 4 juta,” ujarnya. Uang yang tak seberapa itu
dipakainya buat membeli bahan-bahan pakaian. Lantaran modalnya minim, ia
hanya mampu membeli bahan sebanyak 2 kilogram (kg). Itu pun warnanya
hanya satu jenis.
Kemudian bahan tersebut, ia bawa ke penjahit pakaian. Pada produksi
perdana itu, Fitri hanya mampu membuat enam helai pakaian. Ia pun
memasarkan produknya itu melalui blog miliknya.
Kebetulan, di blog-nya itu, Fitri memang rajin menulis maupun
memajang foto-foto seputar busana muslim hasil kreasinya. “Hampir setiap
hari saya foto-foto pakaian saya dan menampilkan di blog saya,” ujar
Fitri.
Dari blog itu juga lambat laun banyak orang yang menyukai busana
hasil rancangannya. Enam helai pakaian yang menjadi produk perdananya
itu pun langsung ludes. Setelah itu, Fitri kembali memproduksi lagi.
“Dalam tiga hari saya sudah kembali modal,” ujarnya. Setelah modalnya
balik, ia kemudian mencoba produksi dalam jumlah lebih banyak hingga
mencapai 50 biji per bulan. Namun, masalahnya ia tidak bisa membuat pola
pakaian, seperti yang selama ini dilakukan para desainer.
Padahal, pola itu penting sebagai acuan penjahit dalam membuat sebuah
busana. Makanya, setiap kali terpikir akan satu desain, Fitri hanya
membuat gambaran besar pakaian yang diinginkan. Sementara untuk lebih
detailnya disampaikan secara lisan kepada penjahit.
Si penjahitnya yang kemudian membuatkan pola sesuai penjelasan Fitri.
“Proses trial and error-nya memang lumayan banyak karena yang di
pikiran saya belum tentu sama dengan penjahitnya,” ujar Fitri. Alhasil,
seringkali pakaian yang dibuat penjahit kurang berkenan di hatinya.
Biasanya, ia akan meminta dibuatkan lagi hingga benar-benar mendapatkan
bentuk pakaian yang sesuai dengan keinginannya. “Setelah benar-benar pas
baru diproduksi dalam jumlah banyak,” kata Fitri.
Sampai saat ini pun pola kerjanya masih seperti itu. Sebab, hingga
kini, Fitri belum bisa membuat pola sendiri. Tapi, hal itu tidak
mengganggu perkembangan usahanya. Bahkan, pakaian hasil rancangan Fitri
semakin banyak peminatnya. Kiprahnya di dunia fesyen juga semakin
diakui. Buktinya, ia kerap diundang mengisi acara pameran dan fesyen
show. Baru-baru ini, Fitri ikut ambil bagian dalam ajang Jogja Fashion Week.
Sumber : kontan.co.id diambil dari link berikut.
Sumbe gambar : kontan.co.id
subhanallah. inspiring one! salam kenal.jilbab gaby
ReplyDelete